Wednesday, November 04, 2009

Dongeng Cicak dan Buaya* dari Negara Niscaya

pada zaman dahulu kala, sebuah kisah terjadi di negara niscaya. boleh dipercaya sebagai kisah nyata. boleh dibaca hanya sebagai wacana. namun ini adalah dongeng dari negeri niscaya. apapun komentar anda, niscaya.... cerita ini bisa benar adanya.

ceritanya bermula ketika sedikit nyamuk yang semula dianggap tak berbahaya, tibatiba telah beranak pinak bebas merdeka. nyamuk pun merajalela kemana mana. menghisap darah segala sendi yang ada.

nyaring dengingnya mengganggu tidur warga, juga mengusik keasyikkan sang raja.sementara buaya yang semula didaulat menjaga tidur warga dan sang raja, terlalu mengantuk untuk bekerja yang semestinya. mau tidak mau. suka tidak suka. terpaksa tidak terpaksa. negara mendaulat sang cicak untuk bekerja melawan nyamuk-nyamuk yang semakin berkecamuk.

sang cicak yang kebetulan belum mengantuk karena baru saja dipercaya negara, segera beraksi penuh sensasi. segera bergerak menyelidik apa yang tak nampak. banyak nyamuk segera diamuk. tak perduli perang kepentingan banyak pihak segera berkecamuk.

karena sang buaya yang hanya dikenal suka mengantuk, maka kerja sang cicak yang sebenarnya biasa-biasa saja segera dianggap luar biasa. sang cicak yang sebenarnya hanya menjalani sesuai yang dikehendaki segera dianggap berprestasi.

sang cicak dipuji-puji di sana-sini, sampai akhirnya muncul sebuah duri. saat sang cicak mencari-cari nyamuk di bank suntuluyi sang buaya yang juga tidur di sana merasa turut diusili. buaya pun berang bukan kepalang. koarnya meradang, terbakar tak terkendali. bangkit berjungkit, mencari upaya mengebiri cicak yang dianggap tak tahu diri. cicak dan buaya pun mulai berperang tanpa genderang.

sang buaya menerjang tanpa ada yang mengekang. sang cicak mengerang, menggalang dukungan mereka yang peduli dan berani. sang raja meragu, sabar menunggu siapa yang bakal jadi abu, agar bisa dijadikan rambu. para warga terpecah, mereka-reka siapa yang salah.

sementara itu para nyamuk justru sibuk berasyik masyuk, memestakan kemenangan yang tak perlu mereka perjuangkan dengan peluh dan kaki tangan mereka sendiri.

Note:
*) Penggunaan istilah Cicak dan Buaya berasal dari kalimat seorang perwira tinggi di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Jenderal berbintang tiga itu berang setelah mengetahui telepon genggamnya disadap Komisi Pemberantasan Korupsi. “…cicak kok mau melawan buaya…” (Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol. Susno Duadji, Majalah TEMPO 6-12 Juli 2009)

No comments: